SALAM RIMBA !!!
Aneka rupa distinasi tak kan habis untuk kita nikmati, sebab itu bukti kemurahan Tuhan untuk makhlukNya. Gunung-gunung yang berbaris perkasa, lautan yang terbentang atau rupa danau sungai nan elok berkelok indah tercipta atas kuasaNya.
Kali ini tujuan awal tanpa rencana hanya ingin menikmati satu malam di Sembalun bersama sahabatku dari jauh. Alternatif bukit-bukit berjejer cantik dari lombokku, tapi waktu yang ku miliki tidak berpihak untuk berlama-lama disini. Jam 4 sore beranjak dari rumah dengan sepeda motor, butuh 2 jam untuk mencapai Sembalun.
RESAH DALAM SYUKURKU
Berlarian dalam cemas
Berlarian dalam nafas keresahan
Berlarian dalam harapan dan doa
Karena tidak ada yang pasti
Bernyanyi dalam syukurku
Menari dalam irama desahku
Berteriak dalam hening sujudku
Karena Allah selalu berikan setiap inginku
Hijau terhampar terselubung kabut setipis sutra
Tundukkan sujudku dalam takjub
Allahu Robbi,,,
Mudahkan kami untuk selalu bersyukur
Lewati jalan dengan kelokan-kelokan yang khas melintasi hutan lebat mencekam, ladang juga perkampungan. Dingin menyegarkan terpa wajahku membuatku terus tersenyum kesyukuran. Berharap bisa menunjukkan view-view terkeren dengan kawan seperjalananku.
Tiba di pusuk Sembalun sudah hampir gelap, diselimuti kabut tutupi arah pandangku akan distinasi perkampungan dalam dongeng, karena dari ketinggian ini Sembalun seperti rumah-rumah kurcaci mungil dengan ragam cerita yang mungkin menakutkan hehehee ( tidak percaya, datang saja...)
Semasih terang 06.00 Wita kami putuskan menuju bukit Selong terlebih dahulu, sembari menyusuri hutan bambu di lingkungan rumah adat “Desa Blek”. Langkah pun seperti tiada sabar ingin menyaksikan Sembalun Bumbung dari ketinggian dan.... Hwaaaaaa...Subhanallah !!
Perkampungan di kala temaram cahaya senja, terkepung diantara bukit Pergasingan yang tergelatak seperti Dinosaurus beku, bukit Dandaun yang tersusun dengan bukit Lincak bak mamot berselimut rerumputan, juga Bukit Nanggi serta tinggi menjulangnya gunung Rinjani. Hhhh.... rasanya enggan beranjak, tapi Maghrib telah berkumandang, sedang persiapan camping belum semua terpenuhi.
Berburu dengan waktu Maghrib yang singkat, kami bertiga menuju ke pesanggrahan milik sahabat untuk shalat dan menyusun rencana. Dan terputuskan untuk menatap gugusan bintang kembali ke Bukit Selong and.... inilah View malam yang tersaji dari ketinggian 1.450 mdpl.
Wooww..!! Rugi sekali rasanya tidak menyebut nama Tuhan dalam karunia yang begini Indah... Subhanallah... Bintang-bintang seperti sedang berpesta dalam kegembiraan, bersinar pamerkan cahaya gemerlapnya. Dalam dingin yang menyegarkan tanpa gigil yang menusuk, diterangi api unggunan sederhana tercipta aneka cerita tentang persahabatan yang terpisahkan waktu, menjadikan malam seperti lintasan kenangan yang teramat manis untuk diukir dalam sebuah kisah. Jejak ini kami patri dalam ingatan.
Hanya terdiri dari 7 bagunan rumah 1 lumbung padi 2 berugak asri dikelilingi tanaman sayur mayur untuk kosumsi sendiri. Yang menarik lantai rumahnya masih dilumuri campuran tanah dan kotoran sapi, lebih menarik lagi sampai pagar pembatas desa nyamuk tidak boleh masuk hahahaa .. Tapi dibuktikan oleh beberapa turis dari Singapura bercerita tidak ada gangguan nyamuk semalaman. Hhmm..makin penasaran?
Demikianlah melintasi jalan sepi membelah udara pagi ditemani anak-anak polos dengan seragam sekolah adalah akhir dari destinasi kali ini. Sesingkat apapun perjalananmu, sekecil apapun makna yang bisa kita ambil manfaatnya, maka tulis dan berbagilah. Esok atau lusa sesuatu yang pasti akan kita hadapi, yang akan tertinggal dan dikenang hanya kebaikan yang kita lakukan !!
Author : Uya Broer
Wooww..!! Rugi sekali rasanya tidak menyebut nama Tuhan dalam karunia yang begini Indah... Subhanallah... Bintang-bintang seperti sedang berpesta dalam kegembiraan, bersinar pamerkan cahaya gemerlapnya. Dalam dingin yang menyegarkan tanpa gigil yang menusuk, diterangi api unggunan sederhana tercipta aneka cerita tentang persahabatan yang terpisahkan waktu, menjadikan malam seperti lintasan kenangan yang teramat manis untuk diukir dalam sebuah kisah. Jejak ini kami patri dalam ingatan.
Sembari menunggu pagiSayangnya sunrise kami tertutupi bukit anak dara sehingga hanya biasnya saja yang kami nikmati. Ini juga keindahan pagi yang berbeda untuk terus disyukuri. Pukul 06.70 Wita, bergegas turun karena panggilan tugas yang berbeda, tapi sempatkan diri memasuki rumah adat Sembalun “Desa Blek”
Kuletakkan kepalaku dalam kepasrahan malam
Tanpa hiruk pikuk kota, atau janji dan maki penggulat politik
Menepih alam rasakan makna dalam kebersamaan
Berharap pagi tak cepat berganti
Karna matahari
Ada dihatiku
Hanya terdiri dari 7 bagunan rumah 1 lumbung padi 2 berugak asri dikelilingi tanaman sayur mayur untuk kosumsi sendiri. Yang menarik lantai rumahnya masih dilumuri campuran tanah dan kotoran sapi, lebih menarik lagi sampai pagar pembatas desa nyamuk tidak boleh masuk hahahaa .. Tapi dibuktikan oleh beberapa turis dari Singapura bercerita tidak ada gangguan nyamuk semalaman. Hhmm..makin penasaran?
Demikianlah melintasi jalan sepi membelah udara pagi ditemani anak-anak polos dengan seragam sekolah adalah akhir dari destinasi kali ini. Sesingkat apapun perjalananmu, sekecil apapun makna yang bisa kita ambil manfaatnya, maka tulis dan berbagilah. Esok atau lusa sesuatu yang pasti akan kita hadapi, yang akan tertinggal dan dikenang hanya kebaikan yang kita lakukan !!
Author : Uya Broer
keren sekali...
ReplyDelete